Teori-Teori Komunikasi Massa
Little jhon
Menurut Littlejohn,
dalam bukunya "Theories of Human Communication", secara umum dunia
masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat
dibagi dalam 3 kelompok atau aliran pendekatan, yaitu: pendekatan scientific
(ilmiah - empiris), pendekatan humanistic (humanoria interperatif), serta
pendekatan social sciences (ilmu - ilmu sosial).
Denis mc quail
Pengertian: komunikasi massa merupakan satu topik di antara banyak ilmu
sosial dan hanya satu bagian dari lingkup penelitian dari komunikasi manusia.
Sebagai tambahan, tidak ada ‘ilmu komunikasi’ yang bebas nilai dan dapat
berdiri sendiri karena asal mula studi komunikasi berawal dari banyak disiplin
ilmu dan berbagai isu yang muncul, termasuk permasalahan ekonomi, hukum,
politik, etika, serta budaya. Studi komunikasi merupakan studi
interdisipliner dan mengadopsi berbagai pendekatan dan metode (mcquail, 2003b)
Teori-teori mcquail
1. Teori
media dan masyarakat
Komunikasi massa dapat dianggap sbg fenomena ‘masyrakat’ dan ‘budaya’.
Lembaga media massa merupakan bagian dari struktur masyarakat, dan
infrastruktur teknologinya adalah bagian dari dasar ekonomi dan kekuatan,
sementara ide, citra, dan informasi disebarkan oleh media jelas merupakan aspek
penting dari budaya kita.
·
Teori media-masyarakat I: masyarakat massa
Teori ini menekankan kesaling tergantungan lembaga yang menjalankan
kekuasaan dan juga integrasi media kepada sumber kekuasaan sosial dan otoritas.
·
Teori media-masyarakat II: marxisme dan ekonomi politik
Teori ekonomi politik adalah pendekatan kritik sosial yang berfokus pada
hubungan antara struktur ekonomi dan dinamika industri media dan konten
ideologis media.
·
Teori media-masyakat III: fungsionalisme:
Teori fungsionalisme menjelaskan praktik sosial dan lembaga yang berkaitan
dengan kebutuhan masyarakat dan individu
·
Teori media-masyarakat IV: konstruksionisme sosial
----------II-------------- adalah istilah yang abstract terhadap sebuah
kecenderungan yang luas dan berpengaruh dalam ilmu sosial.
·
Teori media-masyarakat V: determinisme teknologi komunikasi
·
Teori media-masyarakat VI: MASYARAKAT INFORMASI
2. Teori
normatif media dan masyarakat
Teori normatif media (normative theory of media) meliputi baik tujuan yang
ditetapkan secara internal maupun klaim dari luar mengenai bagaimana seharusnya
mereka berperilaku.
· Teori
pers terhadap pilar keempat
Istilah ‘teori pers’ sering kali digunakan untuk hubungannya dengan berita
dan jurnalisme secara umum.
Istilah ‘pilar keempat’ (fourth estate) disebutkan oleh edmun burke di
inggirs pada akhir abad ke-18 untuk merujuk pada kekuasaan politik yang
dimiliki pers, setara dengan ketiga pilar lainnya dalm kehidupan di inggirs:
tuhan, gereja, dan majelis rendah.
· Teori
tanggung jawab sosial
Teori tanggung jawab sosial (theori of social responsibility) melibatkan
pandangan tentang kepemilikan media sebagai bentuk kepercayaan atau pengawasan
publik, alih-alih sebagai waralaba swasta yang tidak terbatas
· Teori
normatif media: empat model
- Model
pluralis liberal atau pasar
- Model
tanggung jawab sosial atau kepentingan publik
- Model
profesional
- Model
media alternatif
Nurdin M.Si
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang
dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya
terhadap mereka.
Teori-Teori
Hypodermic Needle Theory
Apa yang disajikan media massa secara langsung atau kuat memberi rangsangan atau berdampak kuat pada diri audience. Audience, anggota dari masyarakat dianggap mempunyai ciri khusus yang seragam dan dimotivasi oleh faktor biologis dan lingkungan serta mempunyai sedikit kontrol. Tidak ada campur tangan diantara pesan dan penerima. Artinya, pesan yang sangat jelas dan sederhana akan jelas dan sederhana pula direspons. Jadi antara penerima dengan pesan yang disebarkan oleh pengirim tidak ada perantara atau langsung diterimanya. Dalam literatur komunikasi massa, ini disebut istilah jarum hipodermik.
Cultivation Theory
Teori kultivasi pertama kali dikenalkan oleh Profesor George Gerbner,
penelitian kultivasi yang dilakukannya lebih menekankan pada “dampak”. Menurut
teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton
televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Persepsi apa
yang terbangun dibenak penonton tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan
oleh televisi. Artinya, melalui kontak penonton dengan televisi, ia belajar
tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya.
Cultural Imperialism Theory
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973.
Dasar teori ini adalah communication and cultural domination. Teori
imperialisme budaya menyatakan bahwa negara barat mendominasi media diseluruh
dunia. Alasannya media barat mempunyai efek yang kuat untuk mrmpengaruhi media
dunia ketiga.
Media Equation Theory
Teori ini dikenakan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass, teori persamaan
media ini ingin menjawab persoalan mengapa orang-orang secara tidak sadar dan
bahkan secara otomatis merespons apa yang dikomunikasikan media seolah-oleh
(media itu) manusia. Menurut asumsi teori ini, media diibaratkan manusia. Teori
ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi
lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan
dua orang dalam situasi face to face.
Uses and Gratifications Theory
Menurut, Blumler dan Katz Teori Uses and Gratifications menyatakan bahwa
pengguna media memainkan peran aktif dalam memilih dan menggunakan media.
Pengguna mengambil bagian aktif dalam proses komunikasi dan berorientasi pada
penggunaan media mereka tujuan. Teori Uses and Gratifications mengatakan bahwa
pengguna media yang berusaha keluar sumber media yang terbaik memenuhi
kebutuhan pengguna. Teori Uses and Gratifications berasumsi bahwa pengguna
memiliki pilihan alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Technological Determinism Theory
Marshall McLuhan pada tahun 1960 mencetuskan sebuah teori yang bernama
Technological Determinism Theory. Ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan
yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula
keberadaan manusia itu sendiri. Determinismberasal dari kata determine dalam
bahasa Inggris yang berarti pengaruh untuk memutuskan atau menentukan sesuatu.
Technological berasal dari kata technology, yang terdiri dari technique dan logos,
artinya pengetahuan tentang cara atau metode dalam melakukan melakukan sesuatu
(secara teknis). Secara garis besar technological determinismberarti cara
atau metode yang digunakan untuk memutuskan atau menentukan sesuatu.
Spiral of Silence
Theory
Spiral of silence theory di kenal juga dengan teori spiral kesunyian, dan
sering juga disebut juga spiral kebisuan. Teori ini dikembangkan oleh Elisabeth
Noelle Neumann (1973,1980). Pada beberapa sumber Neumann di sebutkan sebagai
seorang sosiolog, peneliti politik, bahkan ada yang menyebutkan bahwa Neumann
adalah seorang jurnalis Nazi Jerman, dimana tulisan-tulisannya mendukung rezim
Hitler dan anti yahudi. Teori spiral kesunyian dianggapnya sebagai buah karyan
Neumann yang pemikirannya dipengaruhi oleh lingkungan Nazi (Saverin &
Tankard, 2001). Namun para ilmuwan lain lebih memilih untuk memandang teori
spiral kesunyian ini sebagai sebuah teori yang hendaknya dipandang atau dinilai
dengan prinsip-prinsip ilmiah.
Teori ini mendasarkan asumsinya pada pernyataan bahwa pendapat pribadi
bergantung pada apa yang dipikirkan atau diharapkan orang lain, atau apa
yang orang rasakan atau anggap sebagai pendapat dari orang lain. Orang pada
umumnya berusaha untuk menghindari isolasi sosial, atau pengucilan atau keterasingan
dalam komunitasnya dalam kaitannya mempertahankan sikap atau keyakinan
tertentu. Dalam hal ini terdapat 2 premis yang mendasarinya; pertama, bahwa
orang tahu pendapat mana yang diterima dan pendapat mana yang tidak diterima.
Manusia dianggap memiliki indera semi statistik (quasi-statistical sense)
yang digunakan untuk menentukan opini dan cara perilaku mana yang
disetujui atau tidak disetujui oleh lingkungan mereka, serta opini dan bentuk
perilaku mana yang memperoleh atau kehilangan kekuatan (Saverin & Tankard,
2001). Kedua, adalah bahwa orang akan menyesuaikan pernyataan opini mereka
dengan persepsi ini.
Diffusion of
Innovasion Theory
Teori Difusi Inovasi pada
dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan
(dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian
difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is
communicated through certain channels over time among the members of a social
system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk
komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang
berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which
is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its
ultimate users or adopters.”
Sesuai dengan
pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok,
yaitu:
(1) Inovasi;
gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal
ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi
untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama
sekali.
(2) Saluran
komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada
penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu
memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima.
Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak
yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat
dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk
mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi
yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
(3) Jangka
waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan
itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat
dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang:
relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan
pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
(4) Sistem
sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam
kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama
Lebih lanjut teori
yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup
signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara
lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi
suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel
yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut
inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi
(type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication
channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan
(5) peran agen perubah (change agents).
Sementara itu
tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1. Tahap
Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit
pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan
keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi
2. Tahap
Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik
3. Tahap
Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi
atau penolakan sebuah inovasi.
4. Tahapan
Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Tahapan
Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau
penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
Agenda
Setting Theory
Maxwell McComb dan Donald Shaw
mengemukakan bahwa media massa memiliki kemampuan untuk memindahkan wacana
dalam agenda pemberitaan kepada agenda publik. Sesuatu yang dianggap penting
oleh media maka hal tersebut akan menjadi penting untuk dipublikasikan. Dalam
konteks Amerika Serikat dicontohkan bahwa kekuatan pers di amerika cenderung
primordial, mereka membuat agenda sendiri untuk menjadi bahan diskusi public,
mengalahkan semua kekuatan politik dan tidak terbantahkan oleh semua hukum.
Khalayak dan
Agenda Publik
Menurut Maxwell McComb dan
Donald Shaw, khalayak perlu mendapatkan perhatian dalam kajian agenda setting.
Khalayak akan memilih berita yang mereka anggap tidak membahayakan bagi
ideologi mereka. Teori Agenda Setting mencoba mengkaji ulang penelitian-penelitian
media yang selama dua dekade didominasi oleh hipotesa bahwa khalayak adalah
entitas yang pasif. Ada dua sisi yang digunakan teori Agenda Setting ini untuk
mengkaji media yaitu melihat kekuatan dari media dan kebebasan khalayak untuk
memilih.
Dalam kajian aslinya, Maxwell
McComb dan Donald Shaw mengakui bahwa manusia bukanlah entitas yang hanya
menunggu program yang ditawarkan oleh media, sehingga penonton bisa menjadi
lebih waspada terhadap tayangan dibandingkan dengan penonton lainnya. Untuk
mengkaji hal ini, maka Maxwell McComb dan Donald Shaw menggunakan teknik Uses
dan Gratification. Ada dua hal yang disebutkan oleh Maxwell McComb dan Donald
Shaw untuk menunjukkan sebab dari penunjukkan agenda oleh public yaitu
kebutuhan akan orientasi dan indeks dari rasa ingin tahu, dan derajat
ketidakpastian akan membuat penonton hanya terpaku pada satu media untuk
mendapatkan informasi tersebut.
Efek Perilaku
dari Agenda Media
Sebagian besar dari 50 hasil
penelitian tentang agenda setting menekankan pada pengukuran efek dari agenda
media atau opini publik. Dari sebagian penelitian didapatkan hasil bahwa agenda
media tidak sekedar mempengaruhi opini tetapi juga mempengaruhi perilaku
khalayak. Prediksi yang dilakukan bahwa efek yang ditimbulkan oleh media cetak tradisional
lebih efektif dibandingkan dengan jenis media elektronik kontemporer.
Maxwell McComb dan Donald Shaw menyatakan bahwa agenda setting dalam konsep
tidak hanya dibatasi pada hubungan yang dibangun dengan topik tertentu antara
media dan khalayak. Mereka juga menambahkan literatur terhadap kajian tentang
efek media, mereka menunjukkan beberapa penelitian yang menunjukkan pemilihan
berita untuk digunakan dalam menentukan isu apa yang dianggap paling penting.
Teori agenda setting juga menyediakan alat pengingat bahwa bagaimanapun cerita
media dan apapun bentuknya tetaplah sebuah cerita, karena pesan media selalu
membutuhkan pemaknaan.
Komentar
Posting Komentar